Mohon Maaf Atas Ketidak Nyamanan Anda Dalam Mengakses Sebagian Link, Karena Masih Dalam Perbaikan
Home » » Masyarakat Miskin Ter-Elite di Kota Padang

Masyarakat Miskin Ter-Elite di Kota Padang

Written By andalas journal of history on Senin, 06 Februari 2012 | 20.28

Siapa lagi yang dapat disalahkan atas semua sandiwara yang tengah dijalankan hampir setiap lapisan masyarakat? Pada siapa lagi  kepercayaan ini akan digantungkan saat dunia ini mengalami krisis kepercayaan?  Bukan saja para politisi busuk yang berkedok sebagai super hero dan  mengatas namakan kesejahteraan masyarakat.  Hukumpun dapat dipermainkan, bahkan mereka yang berkedok sebagai orang terhormat lebih rendah dari seoarang pelacur. Jjika bisa mungkin Negara Indonesia ini akan digadaikan hanya untuk mendapatkan materi yang menjadi kebutuhan dasar hidup. Namun yang memilukan adalah saat orang-orang bangga akan kemiskinan yang melanda mereka dan menjadi sebuah alasan dalam berperan sebagai para peminta dan pengemis.

Padang kota tercinta nan elok dan berbudaya . salah satu kota yang memegang teguh ajaran agama islam dengan pepatah adat “ adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”. Ternyata menyimpan bayak sisi gelap atas kehidupan masyarakatnya sendiri. Para pengemis, anak jalanan dan pengamen adalah masyarakat miskin ter-elit yang ada di kota padang. Mungkin dibenak kita akan terlintas kehidupan mereka yang serba kekurangan, tinggal di kolong jembatan atau pun rumah kardus. Namun itu semua sangat jauh dari pemikiran kita. Faktanya di padang sendiri tidak pernah ada anak jalanan, pengemis, ataupun pengamen yang tinggal dikolong jembatan, rumah kardus dan sebagainnya. melainkan mereka mempunyai sebuah rumah kontrakan dengan perabotan yang lengkap seperti mesin cuci, tv kulkas dan peralatan mewah lainnya dan Berpenghasilan 50-200 ribu per hari.

Sebut saja daerah kayu kalek, perumahan padang sarai yang berada di lubuak buayo adalah salah satu tempat tinggal para pengemis, anak jalanan, dan pengamen. Mereka sendiri tidak menempati rumah penduduk melainkan menenpati rumah kontrakan yang berada disekitar komplek perumahan tersebut. Bahkan rumah-rumah tersebut bukanlah rumah yang dapat digolongkan sebagai suatu suatu keadaan yang mencirikan kemiskinan yang sangat memilukan. Dan juga tempat-tempat lain diantaranya dibelakang pos jalan jendral sudirman, dekat taman imam bonjol, dan didekat jembatan siteba. Di tempat-tempat tersebut mereka mempunyai base camp beberapa rumah kontrakan. Keadaan didalam rumahpun sama seperti pada perumahan padang sarai. Mereka dilengkapai dengan fasilitas-fasilitas yang dapat digolongkan sebagai barang-barang mewah. Bahkan yang mencengangkan saat mereka akan menunaikan tugas, mereka dilengkapi dengan sepeda motor dan kendaraan itu merupakan kendaraan pribadi mereka sendiri.Namun yang menjadi pertayaan adalah kemiskinan seperti apa yang selama ini mereka perankan ?* (yuni)
Share this article :

Posting Komentar