Mohon Maaf Atas Ketidak Nyamanan Anda Dalam Mengakses Sebagian Link, Karena Masih Dalam Perbaikan
Home » » Kebijakan Drop Out di UNAND

Kebijakan Drop Out di UNAND

Written By andalas journal of history on Senin, 13 Februari 2012 | 04.50

    Mahasiswa Universitas Andalas (Unand) kembali menentang kebijakan kampus yang dinilai diskriminatif dan terkesan terlalu tergesa-gesa.

     Setelah sebelumnya Un­and mengeluarkan Peraturan Rektor Unand yang salah satu poinnya berisi mahasiswa dilarang melakukan unjuk rasa atau demonstrasi serta menge­luarkan pendapat di depan umum di dalam kam­pus untuk menge­luarkan pikiran dengan lisan dan tulisan tanpa pemberitahuan secara tertulis ke universitas, fakultas, jurusan, dan atau bagian terlebih dahulu yang ditentang oleh kalangan ak­tivis kampus. Sekarang Unand mengeluarkan kebijakan akan mengeluarkan mahasiswa dari kampus jika Indeks Prestasi Kumulatifnya (IPK) nya selama empat semester di bawah 2,00. 

     Seperti yang terjadi yang memberlakukan sistem DO kepada maha­siswa yang telah mengi­kuti perkuliahan selama empat semester memiliki IPK di bawah 2,00. Kebijakan tersebut ditolak mahasiswa yang te­rancam DOmayoritas mahasiswa ang­katan 2009 yang terancam DO. penerapan kebijakan tersebut sebagai langkah dan upaya Unand menuju kampus ter­kemuka dan bermartabat sebagaimana visi Unand. Melalui visi yang kemudian di­jabarkan dengan misi dan tujuan ter­gambar dengan jelas bah­wa upaya menuju kampus ya­ng terkemuka dan ber­mar­ta­bat adalah dengan menye­leng­garakan pendidikan aka­demik dan profesi yang ber­kua­litas dan ber­kesinam­bungan.

     Salah seorang mahasiswa kampus yang tidak mau disebutkan nama mya ini,kebijakan ini sangatlah kurang mendidik,sosialisasi tentang kebijakan inipun kurang teraliasi.satu hal yang menjadi point para mahasiswa selma ini yaitu tentang Fungsi dari dosen Pembimbing Akademik yang kurang memperlihatkan fungsi sebenara nya.

     Mahasiswa yang seharus nya dibimbing dalam bidang akdemik malah dicuekin bahkan ada dosen yang sama sekali tidak pernah bertemu dengan mahasiswa bimbingan nya.

     Bagi orang tua mahasiswa yang di-DO menjadi persoalan besar me­ngingat biaya yang harus dikeluarkan tentu menjadi lebih besar. Apalagi di tengah ekonomi masyarakat yang semakin sulit saat ini. Per­masalahan tentu tidak sam­pai disitu saja, kampus swasta seperti dijadikan “sampah” guna menampung  mahasiswa dari kampus negeri seperti Unand yang tidak mampu mencapai IPK seperti yang disyaratkan. Sehingga kualitas kampus swasta menjadi se­makin sulit bersaing dengan kampus negeri. Jika kampus swasta tak mau menerima mereka, pengangguran baru akan tercipta. Sampai setik ini permasalhan ini masih jadi perdebatan dan terus didiskusikan solusi nya yang terbaik.

Share this article :

Posting Komentar