Mohon Maaf Atas Ketidak Nyamanan Anda Dalam Mengakses Sebagian Link, Karena Masih Dalam Perbaikan
Home » » CATATAN AKHIR TAHUN: PR TAHUN BARU

CATATAN AKHIR TAHUN: PR TAHUN BARU

Written By andalas journal of history on Minggu, 18 Maret 2012 | 05.38


Oleh
Ari Febrianto

Ilustrasi  Buku Catan
            Masih banyak hal yang tertinggal dan belum terselesaikan menjelang akhir tahun ini dan menjadi dilema. Sudah 66 tahun merdeka dan intensif menjalankan demokrasi sejak 1998, khususnya pasca kejatuhan Orde Baru, namun sampai sekarang keadaan negara Indonesia semakin tidak menentu, masa depan negara ini dipertanyakan.
Jika ditilik dengan seksama, terlalu  panjang daftar persoalan yang kini mendera bangsa Indonesia, tapi   tak kunjung terselesaikan, mulai dari persoalan korupsi, transisi demokrasi, otonomi daerah, kekerasan, pelanggaran HAM, buruknya pelayanan umum,  nestapa TKI di luar negeri, kesenjangan sosial, dan pelbagai kebijakan antipublik lainnya.
Tidak salah jika ada yang mengkhawatirkan negara ini akan terjerumus kedalam situasi failed state atau negara gagal, situasi dimana negara tidak lagi mampu menjalankan fungsinya sebagai negara dalam memberikan perlindungan kepada warganya. Hal ini juga dibenarkan oleh World Economic Forum, bahwa ada lima point yang menyebabkan kemunduran suatu bangsa, diantaranya; birokrasi yang tidak efisien, inprastruktur yang buruk, sistem perpajakan yang kacau, rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM), dan korupsi di semua lembaga dan institusi negara.
Hal diatas seakan membenarkan apa yang terjadi di negara ini, semua indikasi mengatakan bahwa Indonesia akan semakin terpuruk pada tahun-tahun mendatang jika masalah-masalah yang mendera bangsa ini tidak diselesaikan dengan serius dan komprehensif oleh para pemimpin dan elit bangsa ini.

Keruntuhan Bangsa
            Sudah banyak contoh yang memberikan gambaran kepada kita bahwa suatu bangsa atau peradaban besar bisa hancur dan roboh. Secara historis, banyak contoh negara, bangsa dan peradaban besar yang runtuh atau mundur akibat kegagalan para pemimpinnya menjalankan fungsi hakiki dari negara dan leadership.
Siapa yang tidak mengenal peradaban Yunani yang tersohor karena para ilmuwannya dan menjadi sentral berbagai ilmu pengetahuan Eropa. Begitu pula Romawi yang dikenal dengan  pasukan perangnya yang gagah berani dan memiliki daerah kekuasaan yang luas, tapi akhirnya runtuh dan tergantikan oleh peradaban yang baru, hal ini terjadi karena adanya korupsi, prilaku elit dan   pemimpinnya yang bejat, melahirkan negara yang tidak asli dan bayangan,  nasionalisme yang dipaksakan, menjadi latarbelakang kehancurannya.
Kita tinjau runtuhnya Bangsa Maya di benua Amerika, juga disebabkan oleh hal yang tidak jauh berbeda dengan keruntuhan Yunani, ketidakmampuan pemimpinnya menjaga dan menyatukan rakyatnya, perang saudara dan degradasi moral dikalangan elite menjadi penyebabnya pada tahun 820 masehi.
Setelah Perang Dunia II, lahir Uni Soviet sebagai negara besar yang mampu menjelajahi bulan berkompetisi dengan Amerika (Perang Dingin), tapi akhirnya kedigjayaan Uni Soviet hancur, dilatarbelakangi krisis ekonomi politik dan tidak terlepas dari korupsi dan bobroknya sistem birokrasi serta prilaku elite politik yang hanya memikirkan kepentingan pribadi dan kelompok.

PR Tahun Baru
            Katanya Indonesia adalah negara yang kaya tapi miskin, kaya dalam artian Indonesia memiliki sumber daya yang berlimpah dan potensi yang besar, namun miskin karena tidak ada sumber daya manusia yang memadai yang bisa mengontrol dan mengelola semua kekayaan yang ada dengan mendahulukan kepentingan rakyat.
            Semua yang telah diuraikan di atas merupakan segelintir tugas rumah yang harus diselesaikan pemerintah, jika kita mengulang kata-kata dari Ikrar Nusa Bhakti yang mengatakan bahwa skenario terbaik Indonesia, meminjam analisis peran pada 2050 yang dibuat oleh Andi Widjajanto, kita akan menjadi negara kuat dan bahkan menantang China pada 2050 jika mampu mengonsolidasikan demokrasi pada 2014 dan menjadi negara yang demokrasinya sudah matang pada 2024.
            Ketika kita masih sibuk ber-khayal di buaian negara-negara besar seperti AS, Inggris, China, dan negara-negara ASEAN bahwa Indonesia akan jadi negara amat penting dan sejajar atau bahkan lebih kuat secara ekonomi dari negara-negara seperti Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS pada 2050 hanyalah semata-mata khayalan atau akan menjadi kenyataan. (Ikrar Nusa Bhakti)
            Terlepas dari itu semua, kenyataannya sekarang Indonesia masih dihantui setumpuk  persoalan yang sampai sekarang masih belum bisa diselesaikan secara konferensif, mulai dari masalah internal partai pemenang pemilu 2009 dengan slogan kampanyenya katakan “tidak” pada korupsi, tapi yang terjadi malah kader dan anggota partai itu sendiri yang terlibat kasus korupsi sampai pada persoalan nestapanya para pemasok devisa negara di luar negeri dan penindasan rakyat kecil yang berujung pada pelanggaran HAM yang terjadi di berbagai sudut negeri ini. Seakan tidak mau ketinggalan ingin masuk menampakkan taringnya sebagai wakil rakyat dengan jelas mengekspresikan dirinya dengan bermalas-malasan sampai ketiduran saat rapat dan tontonan pribadi yang dibawa ke meja dewan terhormat.
            Dengan berbagai persoalan dihadapan kita sebagai manusia normal tentu saja akan berusaha untuk memperbaikinya dimasa yang akan datang, pertanyaannya apa langkah dan trik singkat yang harus dilakukan? Jawabannya menghadirkan pemimpin-pemimpin dan elit yang berkarakter pejuang dan tangguh dengan kematangan demokrasi, sehingga mampu membangun kekuatan ekonomi nasional, ketahanan energi akan tidak mungkin khayalan Indonesia menjadi salah satu kekuatan yang menyaingi China akan menjadi kenyataan.
            Dengan dua kemungkinan, jika tugas rumah yang masih tertinggal dapat diselesaikan tepat waktu dan efisiensi maka Indonesia dapat bertahan dan mimpi untuk menjadi great power menyaingi China sedikit terbuka, tapi kalau kita tidak mampu menyelesaikannya maka tidak tertutup kemungkinan bangsa ini akan jatuh ketataran negara gagal bahkan bisa mundur dan runtuh sebagai negara bangsa.


Penulis adalah mahasiswa Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya Unand
Share this article :

Posting Komentar