Oleh
Ari Febrianto
Ilustrasi Buku Catan |
Jika ditilik dengan seksama,
terlalu panjang daftar persoalan yang
kini mendera bangsa Indonesia, tapi tak
kunjung terselesaikan, mulai dari persoalan korupsi, transisi demokrasi,
otonomi daerah, kekerasan, pelanggaran HAM, buruknya pelayanan umum, nestapa TKI di luar negeri, kesenjangan
sosial, dan pelbagai kebijakan antipublik lainnya.
Tidak salah jika ada yang
mengkhawatirkan negara ini akan terjerumus kedalam situasi failed state atau negara gagal, situasi dimana negara tidak lagi
mampu menjalankan fungsinya sebagai negara dalam memberikan perlindungan kepada
warganya. Hal ini juga dibenarkan oleh World Economic Forum, bahwa ada lima point
yang menyebabkan kemunduran suatu bangsa, diantaranya; birokrasi yang tidak
efisien, inprastruktur yang buruk, sistem perpajakan yang kacau, rendahnya
kualitas sumber daya manusia (SDM), dan korupsi di semua lembaga dan institusi
negara.
Hal diatas seakan membenarkan apa yang
terjadi di negara ini, semua indikasi mengatakan bahwa Indonesia akan semakin
terpuruk pada tahun-tahun mendatang jika masalah-masalah yang mendera bangsa
ini tidak diselesaikan dengan serius dan komprehensif oleh para pemimpin dan
elit bangsa ini.
Keruntuhan
Bangsa
Sudah banyak contoh yang memberikan
gambaran kepada kita bahwa suatu bangsa atau peradaban besar bisa hancur dan
roboh. Secara historis, banyak contoh negara, bangsa dan peradaban besar yang
runtuh atau mundur akibat kegagalan para pemimpinnya menjalankan fungsi hakiki
dari negara dan leadership.
Siapa yang tidak mengenal peradaban
Yunani yang tersohor karena para ilmuwannya dan menjadi sentral berbagai ilmu
pengetahuan Eropa. Begitu pula Romawi yang dikenal dengan pasukan perangnya yang gagah berani dan
memiliki daerah kekuasaan yang luas, tapi akhirnya runtuh dan tergantikan oleh
peradaban yang baru, hal ini terjadi karena adanya korupsi, prilaku elit
dan pemimpinnya yang bejat, melahirkan
negara yang tidak asli dan bayangan,
nasionalisme yang dipaksakan, menjadi latarbelakang kehancurannya.
Kita tinjau runtuhnya Bangsa Maya di
benua Amerika, juga disebabkan oleh hal yang tidak jauh berbeda dengan
keruntuhan Yunani, ketidakmampuan pemimpinnya menjaga dan menyatukan rakyatnya,
perang saudara dan degradasi moral dikalangan elite menjadi penyebabnya pada
tahun 820 masehi.
Setelah Perang Dunia II, lahir Uni
Soviet sebagai negara besar yang mampu menjelajahi bulan berkompetisi dengan
Amerika (Perang Dingin), tapi akhirnya kedigjayaan Uni Soviet hancur,
dilatarbelakangi krisis ekonomi politik dan tidak terlepas dari korupsi dan
bobroknya sistem birokrasi serta prilaku elite politik yang hanya memikirkan
kepentingan pribadi dan kelompok.
PR Tahun Baru
Katanya Indonesia adalah negara yang
kaya tapi miskin, kaya dalam artian Indonesia memiliki sumber daya yang
berlimpah dan potensi yang besar, namun miskin karena tidak ada sumber daya
manusia yang memadai yang bisa mengontrol dan mengelola semua kekayaan yang ada
dengan mendahulukan kepentingan rakyat.
Semua yang telah diuraikan di atas
merupakan segelintir tugas rumah yang harus diselesaikan pemerintah, jika kita
mengulang kata-kata dari Ikrar Nusa Bhakti yang mengatakan bahwa skenario
terbaik Indonesia, meminjam analisis peran pada 2050 yang dibuat oleh Andi
Widjajanto, kita akan menjadi negara kuat dan bahkan menantang China pada 2050
jika mampu mengonsolidasikan demokrasi pada 2014 dan menjadi negara yang
demokrasinya sudah matang pada 2024.
Ketika kita masih sibuk ber-khayal
di buaian negara-negara besar seperti AS, Inggris, China, dan negara-negara
ASEAN bahwa Indonesia akan jadi negara amat penting dan sejajar atau bahkan
lebih kuat secara ekonomi dari negara-negara seperti Brasil, Rusia, India,
China, dan Afrika Selatan (BRICS pada 2050 hanyalah semata-mata khayalan atau akan
menjadi kenyataan. (Ikrar Nusa Bhakti)
Terlepas dari itu semua,
kenyataannya sekarang Indonesia masih dihantui setumpuk persoalan yang sampai sekarang masih belum
bisa diselesaikan secara konferensif, mulai dari masalah internal partai
pemenang pemilu 2009 dengan slogan kampanyenya katakan “tidak” pada korupsi,
tapi yang terjadi malah kader dan anggota partai itu sendiri yang terlibat
kasus korupsi sampai pada persoalan nestapanya para pemasok devisa negara di
luar negeri dan penindasan rakyat kecil yang berujung pada pelanggaran HAM yang
terjadi di berbagai sudut negeri ini. Seakan tidak mau ketinggalan ingin masuk
menampakkan taringnya sebagai wakil rakyat dengan jelas mengekspresikan dirinya
dengan bermalas-malasan sampai ketiduran saat rapat dan tontonan pribadi yang
dibawa ke meja dewan terhormat.
Dengan berbagai persoalan dihadapan
kita sebagai manusia normal tentu saja akan berusaha untuk memperbaikinya
dimasa yang akan datang, pertanyaannya apa langkah dan trik singkat yang harus
dilakukan? Jawabannya menghadirkan pemimpin-pemimpin dan elit yang berkarakter
pejuang dan tangguh dengan kematangan demokrasi, sehingga mampu membangun kekuatan
ekonomi nasional, ketahanan energi akan tidak mungkin khayalan Indonesia menjadi
salah satu kekuatan yang menyaingi China akan menjadi kenyataan.
Dengan dua kemungkinan, jika tugas
rumah yang masih tertinggal dapat diselesaikan tepat waktu dan efisiensi maka
Indonesia dapat bertahan dan mimpi untuk menjadi great power menyaingi China sedikit terbuka, tapi kalau kita tidak
mampu menyelesaikannya maka tidak tertutup kemungkinan bangsa ini akan jatuh
ketataran negara gagal bahkan bisa mundur dan runtuh sebagai negara bangsa.
Penulis adalah
mahasiswa Sejarah
Fakultas Ilmu
Budaya Unand
Posting Komentar