Mohon Maaf Atas Ketidak Nyamanan Anda Dalam Mengakses Sebagian Link, Karena Masih Dalam Perbaikan
Home » » DEKONSTRUKSI RUMAH GADANG

DEKONSTRUKSI RUMAH GADANG

Written By andalas journal of history on Minggu, 18 Maret 2012 | 05.33

Oleh
Ari Febrianto

Dipublikasikan di Harian Haluan, edisi 5 Juni 2011.

Rumah Gadang
            Seiring dengan perkembangan kedinamisan masyarakat dan arsitektur bangunan yang memberikan warna baru bagi pemikiran pembangunan masa depan, hal ini didukung dengan proses akulturasi yang semakin menguat. Akhirnya berdampak pada kemunduran arsitektur bangunan tradisional yang ter-refleksi dari bangunan rumah gadang.
            Realita menunjukkan bahwa rumah batu menjadi hal yang wajib dimiliki dan rumah batu yang bertingkat adalah simbol kemewahan jika dipandang dari kacamata zaman modern. Sehingga orang akan berlomba-lomba untuk mendapatkannya dan tidak mengherankan lagi sekarang banyak rumah gadang yang dihancurkan karena akan dibangun rumah batu yang megah.
            Kondisi rumah gadang ditengah kegalauan pemikiran masyarakat Minang sangat memprihatinkan, rumah gadang tidak lagi menjadi simbol budaya dan hanya menjadi barang usang yang harus di musnahkan dan dihancurkan generasi zaman.

Rumah Gadang Perlu Konservasi
            Rumah gadang adalah simbol budaya Minang, karena menjadi karakter bagi orang Minang, tapi sekarang hal itu yang sudah tidak ada lagi dan mulai memudar bahkan di kalangan orang Minang sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah orang Minang malu dengan kebudayaannya sendiri atau tidak bangga dengan rumah gadang-nya yang sebenarnya sangat bagus dan memiliki karakteristik.
            Manusia memiliki kebiasaan, kebiasaan ini akan menjadi sebuah  tradisi dan akan menjadi adat dan adat akan mengalami perubahan menjadi adat istiadat dan tahap selanjutnya yang lebih tinggi menjadi sebuah kebudayaan dan peradaban. Hal terbangun dari sebuah kebiasaan. Rumah gadang merupakan suatu hasil pemikiran peradaban yang sangat baik, mengadopsi dari kebiasaan, keadaan lingkungan dan pastilah memiliki makna tersirat di setiap bentuknya.
            Namun, ternyata tidak semua orang menyadari akan peran dan nilai penting sebuah kebudayaan dilestarikan, karena kurangnya pemaknaan yang diterima. Rumah gadang memberikan sesuatu yang berguna bagi kehidupan karena mengadopsi keadaan lingkungan dan alam sekitar, kita sama-sama sudah mengetahui bahwa daerah kita Indonesia adalah negara yang rawan akan  bencana salah satunya adalah bencana gempa, sebenarnya apa yang telah dilakukan dan direalisasikan di daerah Bantul yang mengambil bentuk arsitektur bangunan orang Eskimo dengan model rumah tertelungkup (setengah lingkaran). Indonesia sendiri bukankah memiliki arsitektur rumah yang tidak kalah hebatnya kalau memang tujuannya untuk mengantisipasi adanya bahaya gempa seperti rumah panggung misalnya dan salah satu rumah dengan model panggung adalah rumah gadang. Jadi kenapa harus jauh-jauh mengambil dan mencontoh?
            Melihat keadaan ini tentu kita sebagai anak bangsa merasa sangat prihatin dengan jiwa budaya berkembang sekarang yang lebih memandang semua yang datang dari luar adalah baik dan perlu ditiru, tanpa memikirkan budaya dan potensi yang besar yang sebenarnya kita memiliki banyak sekali potensi itu, bahkan lebih besar dari yang dimiliki orang lain.
            Rumah gadang Perlu di Konservasi, keadaan menunjukkan keberadaan dan kuantitas rumah gadang khususnya di Sumbar semakin hari semakin berkurang dan tidak mungkin jika beberapa tahun mendatang semua rumah gadang di Sumbar berubah menjadi bangunan-bangunan pencakar langit. Perlu dan rasanya belum terlambat untuk melakukan konservasi terhadap rumah gadang yang masih tersisa, kegiatan yang berupaya mempertahankan kondisi sediakala dari sebuah rumah gadang sangat penting dilakukan agar dapat memberikan signifikansi ketepadanan, meningkatkan wisata budaya menjadi lebih baik, pengetahuan bisa digali, dan disamping itu rekonstruksi kebudayaan dapat dilakukan.

Misi Penyelamatan
            Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindari rumah gadang dari gesekan budaya yang semakin menguat. Pertama, Perlu adanya restorasi ide (paradigma) semua berawal dari ide dan pikiran manusia yang tidak lagi menyadari akan pentingnya pelestarian budaya, membangkitkan kembali rasa akan cinta dan bangga memiliki bahwa budaya sendiri akan jauh lebih baik dijaga dan dilestarikan karena memiliki nilai penting. Kedua, berangkat dari isu bersama seperti yang sudah dijelaskan bahwa bencana gempa adalah bencana yang menjadi langganan  di daerah Indonesia khususnya Sumbar, sejarah mencatat bagaimana dahsyatnya gempa yang terjadi di Sumatera Barat pada tahun 1926, dan gempa September 2009 kemarin masih terasa dampaknya bagi masyarakat Sumbar, semua bangunan hancur dan luluh lantak dan korban berjatuhan. Tapi disaat itu bangunan yang bertahan adalah rumah gadang dengan tonggak dan tiangnya yang kokoh masih berdiri. Hal ini sudah jelas menggambarkan bahwa rumah gadang dapat dijadikan salah satu rumah dengan intensitas pengamanan dari gempa jauh lebih baik.
            Harapannya sebagai pemegang dan penerus budaya bangsa janganlah melupakan budaya dan cobalah merubah paradigma berfikir yang kita miliki sekarang, tidak semua budaya luar itu lebih baik dan sebenarnya budaya kita sendiri jauh lebih baik jika kita mau sedikit memaknai nilai penting dari sebuah peninggalan budaya. Kepada pemerintah diharapkan dapat mengayomi masyarakatnya sadar akan peninggalan leluhurnya, jangan sampai kita menjadi generasi-generasi “kanibal” yang memakan dan memusnahkan semua yang telah diwariskan.
            Dengan menyadari nilai penting dan signifikansi budaya semua masyarakat dapat mengembangkan dan mengkonservasi (mempertahankan) dimulai dari yang mereka miliki sendiri, sehingga kita akan menjadi generasi-generasi yang tangguh karena memiliki ciri khas dan karakteristik tersendiri yang akan menjadi pembeda dengan bangsa lain.

Penulis adalah mahasiswa Sejarah dan Koordinator Penulisan UKJ Yasmin Akbar Fak. Sastra Unand
Share this article :

Posting Komentar