Oleh
Ari Febrianto
Dipublikasikan di Harian Haluan,
edisi 5 Juni 2011.
Rumah Gadang |
Realita
menunjukkan bahwa rumah batu menjadi hal yang wajib dimiliki dan rumah batu yang
bertingkat adalah simbol kemewahan jika dipandang dari kacamata zaman modern.
Sehingga orang akan berlomba-lomba untuk mendapatkannya dan tidak mengherankan
lagi sekarang banyak rumah gadang yang dihancurkan karena akan dibangun rumah
batu yang megah.
Kondisi
rumah gadang ditengah kegalauan pemikiran masyarakat Minang sangat
memprihatinkan, rumah gadang tidak lagi menjadi simbol budaya dan hanya menjadi
barang usang yang harus di musnahkan dan dihancurkan generasi zaman.
Rumah Gadang Perlu Konservasi
Rumah
gadang adalah simbol budaya Minang, karena menjadi karakter bagi orang Minang,
tapi sekarang hal itu yang sudah tidak ada lagi dan mulai memudar bahkan di
kalangan orang Minang sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah orang Minang
malu dengan kebudayaannya sendiri atau tidak bangga dengan rumah gadang-nya
yang sebenarnya sangat bagus dan memiliki karakteristik.
Manusia
memiliki kebiasaan, kebiasaan ini akan menjadi sebuah tradisi dan akan menjadi adat dan adat akan
mengalami perubahan menjadi adat istiadat dan tahap selanjutnya yang lebih
tinggi menjadi sebuah kebudayaan dan peradaban. Hal terbangun dari sebuah
kebiasaan. Rumah gadang merupakan suatu hasil pemikiran peradaban yang sangat
baik, mengadopsi dari kebiasaan, keadaan lingkungan dan pastilah memiliki makna
tersirat di setiap bentuknya.
Namun,
ternyata tidak semua orang menyadari akan peran dan nilai penting sebuah
kebudayaan dilestarikan, karena kurangnya pemaknaan yang diterima. Rumah gadang
memberikan sesuatu yang berguna bagi kehidupan karena mengadopsi keadaan
lingkungan dan alam sekitar, kita sama-sama sudah mengetahui bahwa daerah kita
Indonesia adalah negara yang rawan akan
bencana salah satunya adalah bencana gempa, sebenarnya apa yang telah
dilakukan dan direalisasikan di daerah Bantul yang mengambil bentuk arsitektur bangunan
orang Eskimo dengan model rumah tertelungkup (setengah lingkaran). Indonesia
sendiri bukankah memiliki arsitektur rumah yang tidak kalah hebatnya kalau
memang tujuannya untuk mengantisipasi adanya bahaya gempa seperti rumah
panggung misalnya dan salah satu rumah dengan model panggung adalah rumah
gadang. Jadi kenapa harus jauh-jauh mengambil dan mencontoh?
Melihat
keadaan ini tentu kita sebagai anak bangsa merasa sangat prihatin dengan jiwa
budaya berkembang sekarang yang lebih memandang semua yang datang dari luar
adalah baik dan perlu ditiru, tanpa memikirkan budaya dan potensi yang besar
yang sebenarnya kita memiliki banyak sekali potensi itu, bahkan lebih besar
dari yang dimiliki orang lain.
Rumah
gadang Perlu di Konservasi, keadaan menunjukkan keberadaan dan kuantitas rumah
gadang khususnya di Sumbar semakin hari semakin berkurang dan tidak mungkin
jika beberapa tahun mendatang semua rumah gadang di Sumbar berubah menjadi
bangunan-bangunan pencakar langit. Perlu dan rasanya belum terlambat untuk
melakukan konservasi terhadap rumah gadang yang masih tersisa, kegiatan yang
berupaya mempertahankan kondisi sediakala dari sebuah rumah gadang sangat
penting dilakukan agar dapat memberikan signifikansi ketepadanan, meningkatkan
wisata budaya menjadi lebih baik, pengetahuan bisa digali, dan disamping itu
rekonstruksi kebudayaan dapat dilakukan.
Misi Penyelamatan
Ada beberapa hal
yang bisa dilakukan untuk menghindari rumah gadang dari gesekan budaya yang
semakin menguat. Pertama, Perlu adanya restorasi ide (paradigma) semua berawal dari
ide dan pikiran manusia yang tidak lagi menyadari akan pentingnya pelestarian
budaya, membangkitkan kembali rasa akan cinta dan bangga memiliki bahwa budaya
sendiri akan jauh lebih baik dijaga dan dilestarikan karena memiliki nilai
penting. Kedua, berangkat dari isu bersama seperti yang sudah dijelaskan bahwa
bencana gempa adalah bencana yang menjadi langganan di daerah Indonesia khususnya Sumbar, sejarah
mencatat bagaimana dahsyatnya gempa yang terjadi di Sumatera Barat pada tahun
1926, dan gempa September 2009 kemarin masih terasa dampaknya bagi masyarakat
Sumbar, semua bangunan hancur dan luluh lantak dan korban berjatuhan. Tapi
disaat itu bangunan yang bertahan adalah rumah gadang dengan tonggak dan tiangnya
yang kokoh masih berdiri. Hal ini sudah jelas menggambarkan bahwa rumah gadang
dapat dijadikan salah satu rumah dengan intensitas pengamanan dari gempa jauh
lebih baik.
Harapannya
sebagai pemegang dan penerus budaya bangsa janganlah melupakan budaya dan
cobalah merubah paradigma berfikir yang kita miliki sekarang, tidak semua
budaya luar itu lebih baik dan sebenarnya budaya kita sendiri jauh lebih baik
jika kita mau sedikit memaknai nilai penting dari sebuah peninggalan budaya.
Kepada pemerintah diharapkan dapat mengayomi masyarakatnya sadar akan
peninggalan leluhurnya, jangan sampai kita menjadi generasi-generasi “kanibal”
yang memakan dan memusnahkan semua yang telah diwariskan.
Dengan
menyadari nilai penting dan signifikansi budaya semua masyarakat dapat
mengembangkan dan mengkonservasi (mempertahankan) dimulai dari yang mereka
miliki sendiri, sehingga kita akan menjadi generasi-generasi yang tangguh
karena memiliki ciri khas dan karakteristik tersendiri yang akan menjadi
pembeda dengan bangsa lain.
Penulis adalah
mahasiswa Sejarah dan Koordinator Penulisan UKJ Yasmin Akbar Fak. Sastra Unand
Posting Komentar